Sebagian besar penduduk Kalimantan Timur khususnya suku Dayak hidup
secara berkelompok atau kekerabatan suku Dayak sangatlah kuat. Maka hal
ini dibuktikan dengan rumah yang mereka bangun, sebagian besar rumah
yang dibangun mereka secara berkelompom juga, selalu saja lebih dari 1
kepala kelaurga. Contohnya Rumah Adat Lamin yang diresmikan pada tahun
1987. Rumah yang berbentuk panggung tersebut tidak kurang dihuni 12
kepala keuarga atau skitar 50-100 orang. Diperkirakan ukuran rumah lamin
sekitar dengan panjang mencapai 30 meter, lebar 15 meter dan tinggi
sekitar 3 meter.
Setiap rumah adat pastinya mempunya ciri khas yang menjadi daya tarik
suku Dayak. Dalam rumah Lamin sendiri ada bebarapa ciri yang sangat
kental seperti pada pada ukiran atap ada terdapat patung yang ebrbebtuk
naga dan bunrung enggan. Yang mengandung arti kesaktian dan kewajiban
masayarakat Dayak. Pada bagian dinding yang paling em,nonjol adalah dari
segi warna. Rumah ini dominan dengan warna kuning, putih dan hitam yang
berbentuk salur pakis dan mata yang masyarakat percaya mengandung makna
suku Dayakmampu niat buruk orang lain yang akan mencelakakan suku
Dayak dan melambangkan persaudaraan suku Dayak. Selain itu juga pada
bagian kaki yang berbnetuk ukiran kerangka manusia dan juga binatang
wanita memakai kain, serta bentuk semi-abstrakyang melambangkan
persaudaraan suku Dayak desa Pampang. Masayarat percya ukiran dan patung
tersebut berfungsi untuk mengusir roh-roh jahat mengingat kepercayaan
suku Dayak yang masih percaya dengan kekuatan-kekuatan gaib atau
animisme.
Bahan utama bangunan rumah adat Lamin adalah kayu ulin atau banyak
orang yang menyebutnya sebagai kayu besi. Disebut kayu besi karena
memang jenis kayu tersebut adalah kayu yang sangat kuat. Bahkan banyak
orang mengatakan jika kayu ulin terkena air maka justru tingkat
kekuatannya akan semakin keras. Mungkin hal inilah yang membuat banyak
orang yang membangun rumah di atas dataran rawa atau pinggiran sungai
namun tahan lama umur bangunannya. Selain bangunan, totem-totem yang ada
di bagian depan Lamin juga terbuat dari bahan kayu ulin. Menurut saya
pribadi, bangunan yang terbuat dari bahan kayu ulin memiliki kesan mewah
karena warna hitam khasnya. Hanya saja menurut penduduk sekitar saat
ini agak sulit untuk mencari pohon ulin karena ada alih konversi lahan
serta perambahan hutan-hutan.
Di bagian dalam lamin terdapat beberapa alat yang biasa digunakan
dalam melakukan upacara adat tertentu. Di bagian dalam Lamin sempat ada
beberapa tengkorak kepala kerbau yang bertuliskan tanggal waktu. Menurut
saya tanggal tersebut menunjukkan kapan seseorang tersebut meninggal.
Dan juga Saya yakin tengkorak tersebut adalah bagian dari upacara
melepas kematian yang biasa dilakukan oleh suku Dayak. ‘Menyembelih’
kerbau adalah rangkaian puncak dari upacara Kuangkai (lihat postingan
saya sebelumnya) yang dilakukan untuk upacara kepergian seseorang yang
telah meninggal).
No comments:
Post a Comment